Candi jolotundo, trawas-mojokerto

Candi jolotundo, trawas mojokerto - Kelebihan dan keindahan candi-candi Jawa pada umumnya adalah terletak pada arsitektur bangunan  relliefnya  yang mengandung pitutur tentang kehidupan sosial masyarakat pada masa itu,  dinding-dinding candi dibagian lain dihiasi berbagai motif relief eksotif juga dijumpai tulisan berbahasa Jawa Gempeng yang artinya hancur atau luluh lantah.

Menurut cerita sejarah Petirtaan Jolotundo dibangun oleh Raja Udayana untuk menyambut kelahiran puteranya Prabu Airlangga  dengan panjang 16,85 meter dengan lebar 13,52 meter dan tinggi 5,2 meter. Petirtaan Jootundo ini menjadi tempat pemandian bagi para petinggi kerajaan pada jaman tersebut.

Candi jolotundo, trawas-mojokerto


Dari informasi yang terpasang di tembok luar pos jaga candi diketahui bahwa bentuk Petirtaan Jolotundo yang berbentuk empat persegi panjang dengan teras di tengah dan puncak pancuran di tengah-tengah ternyata memiliki arti simbolis sebagai gambaran Mahameru (Gunung Semeru). Dalam konsepsi Hindu, Mahameru dianggap sebagai gunung suci tempat bersemayam para dewa. Konsepsi ini sebenarnya telah dikenal semenjak jaman prasejarah (masa Megalitikum) yang menganggap gunung sebagai unsur tertinggi tempat bersemayamnya roh nenek moyang.

Petirtaan Jolotundo dianggap pula melambangkan pengadukan lautan dalam cerita "Amrtamanthana" yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan menggunakan Gunung Mahameru yang dililit oleh ular Batara Wasuki. Berdasarkan hal itu, Petirtaan Jolotundo disamakan dengan lautan, sedangkan teras dengan pancuran berbentuk silindris yang dililit seekor ular melambangkan bentuk Mahameru. Air yang keluar dari pancuran itu sendiri dianggap air suci atau "Amrta".

Kawasan Petirtaan Jolotundo memang peninggalan nenek moyang kita yang perlu dilestarikan keberadaannya karna banyak  menyimpan  keillmuan yang dapat di pelajari seperti, ilmu arkeologi, antropologi dan masih banyak lagi cabang keilmuan yang lain. Bagi pengunjung yang ingin berwisata sejarah sekaligus berwisata religi, tempat ini sangat istimewa untuk melakukan pemujaan kepada Tuhan,  utamanya  pada  setiap malam jumat, terutama pada malam bulan purnama bisa melakukan ritual memohon kepada sang pencipta agar supaya apa yang diinginkan dapat terkabul permintaannya.

Bagi wisatawan yang ingin mandi, terdapat dua bangunan candi yang terpisah pada sisi kiri dan kanan bangunan terpisah untuk pengunjung laki – laki dan perempuan, konon barang siapa yang pernah mandi di jolotundo akan mendatangkan berkah dan bisa awet muda hal ini dikuatkan dengan banyaknya pengunjung yang percaya akan keistimewaan air jolotundo. Ada larangan bagi pengunjung candi untuk tidak membawa peralatan mandi seperti, shampo, sabun, pasta gigi dll. Petirtaan jolotundo sebagai ajang penelitian bagi para  arkeolog dari  Mancanegara.

Lokasi

Candi Jolotundo berada di desa Seloliman, kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Starting point terdekat adalah kota Surabaya yang berjarak sekitar 50 km. Untuk mencapai Jolotundo bisa ditempuh dengan dua cara; melalui Pandaan atau Japanan. Jika melalui Pandaan, angkutan umum hanya bisa sampai di Trawas, dari sini dilanjutkan menggunakan ojek dengan tarif 20-30 ribu rupiah tergantung penawaran. Jarak Trawas-Seloliman sekitar 9 km. Rute yang ditempuh adalah Surabaya-Pandaan-Prigen-Tretes-Trawas yang akan memakan waktu kurang lebih sekitar 1,5 jam. Sementara jalur Japanan bisa ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 1 jam dengan rute Surabaya-Japanan-Ngoro-Seloliman.

No comments:

Post a Comment